Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa istilah “gender” sudah
menjadi pembicaraan umum mulai dalam forum formal sampai forum non formal.Dari
kaum intelektual sampai komunitas yang ada di pasar. Suatu kebanggaan ketika
wacana gender tersebut sudah membasis di masyarakat yang kemudian coba difahami
dan disadari, akan tetapi akan menjadi bencana ketika hal tersebut dimaknai
secara sepenggal bahkan sampai disalah tafsirkan. Fenomena ternyata membuktikan
bahwa masih terdapat kesalahan pemahaman tentang gender.
Gender…apa
itu?
Gender berasal dari bahasa
Inggris “GENDER” berarti jenis kelamin. Yakni perbedaan yang nampak
laki-laki dan perempuan dilihat darinilai dan tingkah laku.
Adalah
pembagian peran, Tanggung jawab, fungsi, hak dan kewajiban baik laki-laki
maupun perempuan yang di bentuk dan di kembangakn oleh social, budaya dari
sekelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu dan tempat serta kondisi
setempat. Seks adalah : Perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki
yang bersifat biologis, kodrati dan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa.
SEX
|
GENDER
|
Biologis
Pemberian Tuhan
Tidak dapat dirubah
Peran Sex
Produksi Reproduksi
(Haid, hamil, melahirkan, Menyusui, monopouse).
|
Kultur
Fenomena sosial Budaya
Dapat dirubah
Peran Jender
Memasak, menyapu,
mencuci, bekerja di luar rumah, dll
|
Mengenal Gender Berarti….
Memahami
perbedaan laki-laki dan perempuan dari sudut pandang non kodrat, bukanya
dari sudut pandang kodrat (seks/biologis).Perbedaan laki-laki dan
perempuan bersifat tidak abadi, tidak kekal dan tidak berlaku universal dan
merupakan ciri-ciri non kodrat yang dibangun dan di bentuk manusia.Ciri-ciri
itu adalah kondisi yang berbeda dari masa ke masa, berbeda dari satu tempat
ketempat lain, bahkan berbeda dari satu lapisan social dengan lapisan social
lainnya dan kondisi dimaksud dapat dirubah dengan perkembangan zaman.
Klasifikasi stereotype
yang selama ini dilekatka pada laki-laki dan perempuan
LAKI-LAKI (MASKULIN)
|
PEREMPUAN (FEMINIM)
|
Sangat agreif
|
Tidak terlalu independen
|
Independen
|
tergantung
|
Rasional
|
Emosional
|
Dapat menyembunyikan emosi
|
Sulitmenyembunyikan emosi
|
Tidak mudah terpengaruh
|
Mudah terpengaruh
|
Sangat menyukai pengetahuan eksakta
|
Kurang menyukai eksakta
|
Tidak mudah goyah terhadap krisis
|
Mudah terhadap krisis
|
Lebih aktif
|
Lbih pasif
|
Lebih kompetitif
|
Kurang kompetitif
|
Lebih logis
|
Kurang logis
|
Lebih mendunia
|
Berorientasi di rumah
|
Lebih terampil berbisnis
|
Kurang terampil berbisnis
|
Lebih brterus terang
|
Kurang berterius terang
|
Memahami seluk beluk perkembangan
dunia
|
Kurang memahami seluk beluk
perkembangan dunia
|
Perasaan tidak mudah tersinggung
|
Perasaan mudah tersinggung
|
Lebih suka berpetualang
|
Tidak suka erpetualang
|
Mudah mengatasi persoalan
|
Sulit mengatasi persoalan
|
Jarang menangis
|
Lebih sering menangis
|
Umumnya tampil sebagai pemimpin
|
Tidak umum tampil sebagai pemimpin
|
Penuh percaya diri
|
Kurang rasa percaya diri
|
Lebihbanyak mendukung sikap agresif
|
Kurang senang terhadap sikap
agresif
|
Lebih ambisi
|
Kurang ambisi
|
Mudah membedakan antara rasio dan
rasa
|
Sulit memedakan rasa dan rasio
|
Lebih merdeka
|
Kurang merdeka
|
Tidak canggung dalam penampilan
|
Canggung dalam penampilan
|
Pemikiran lebih umnggul
|
Pemikiran kurang unggul
|
Lebih bebas berbicara
|
Kurang bebas berbicara
|
Gender…
mengapa dipersoalkan?
Karena perbadaan
Gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak
dan fungsi serta ruang aktivitas laki-laki dan permpuan dalam masyarakat.
Konsep Gender diketengahkan oleh para ilmuan social untuk menjelaskan:
ü Perbedaan
laki-laki dan permpuan yang bersifat kodrat dan,
ü Perbedaan non
kodrat yang merupakan bentukan budaya yang dikonstruksikan, di pelajari dan
disosialisasikan.
Perbedaan
ini menjadi sangat penting, karena selama ini sering dicampur adukan.Perbedaan
membantu kita untuk memikirkan ulang tentang pembagian peran yang selama ini
telah dianggap melekat pada manusia laki-laki dan perempuan.Dengan mengenali
perbedaan Gender sebagai sesuatu yang tidak tetap, Memudahkan untuk
membangun gambaran tentang kenyataan hubungan antara laki-laki dan perepuan
yang dinamis, lebih tepat dan cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
Gender… apakah merupakan masalah?
Gender
akan dipermasalahkan apabila….
ü Adanya
perbedaan (diskriminasi) perlakuan dalam akses, partisipasi, control dlam
menikmati hasil pembangunan antara laki-laki dan perempuan.
ü Tidak adanya
kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan didalam pembagian peran,
tanggung jawab, hak , kewajiban serta fungsi sebagai anggota kelurga maupun
masyarakat yang akhirnya tidak menguntungkan kedua belah pihak.
Kesetaraan gender….Apa itu ?
Adalah
suatu kodisi yang setara, seimbang dan sederajat dalam hubungan peran,
kedudukan dan fungsi antara laki-laki dan perEmpuan.
ü Menerima
perbedaan kodrati individu laki-laki dan permpuansebagai hikmah
ü Memahami
kondisi hidup laki-laki dan perempuan berbeda; bahwapendapat itu pada dasarnya
karena fungsi kodrati.
ü Kesetaraan
Gender berarti sederajat dalam keberadaan; sederajat dalam keberdayaan dan
keikutsertaan dari kedua jenis kelamin (Perempuan & laki-laki) disemua
bidang kehidupan (publikprivat).
Keadilan gender…apa itu?
ü Adalah suatu
kondisi dan perlakuan yang adil tanpa ada pembedaan dalam hubungan, peran,
kedudukan hak, tanggung jawab dari fungsi antara laki-laki dan perempuan.
ü Berprilaku
adil dan tidak adnya perbedaan perlakuan antara laki-laki dan
perempuan baik di rumah, ditempat kerja maupun di masyarakat.
ü Ketidakadilan terjadi
karena Hubungan dan pengertian Gender yang tidak seimbang; pembedaan
gender ada karena dikonstruksikan oleh masyarakat dan budaya yang melembaga
atau dilembagakan.
Apa akibat
ketidak-setaraan dan ketidak-adilan Gender
1.
Penomorduaan (Subordination)
ü Perempuan
sebagai “konco wingking” (orang belakang).
ü Hak dalam
perkawinan perempuan dinomor duakan.
ü Bagian waris
permpuan lebih sedikit.
ü Perempuan
dinomor duakan dalam peluang dibidang politik, jabatan, karir, pendidikan dan
sebagainnya.
2. Peminggiran
(Marginalisation)
ü Upah perempuan
lebih kecil.
ü Izin usaha
perempuan harus di ketahui oleh ayah (jika masih lajang & Suami jika sudah
menikah).
ü Permohonan
kredit harus seizin suami.
ü Pembatasan
dibidang kesempatan kerja bagi perempuan.
ü Kemajuan
teknologi industri meminggirkan peran serta perempuan.
3.Beban Ganda
(Double Burden)
ü Perempuan
bekerja di luar maupun di rumah.
ü Laki-laki
bekerja dan harus masih siskamling.
ü Perempuan
sebagai perawat, pendidik anak sekaligus pendamping suami, pencari nafkah
tambahan.
ü Laki-laki
mencari nafkah utama sekaligus kepala keluarga.
4.Kekerasan
(Violence)
ü Eksploitasi
terhadap perempuan, Pelecehan seksual terhadap peremuan, pemerkosaan dan
perempuan jadi objek iklan.
ü Laki-laki
diharuskan/diharapkan sebagai pencari nafkah keluarga, laki-laki bertubuh
pendek dianggap kurang laki-laki, gagal dibidang karir , dilecehkan.
5.Pelabelan
Negatif (Stereo Type)
ü Perempuan:
Sumur, dapur, kasur, Macak, masak, manak.
ü Laki-laki:
tulang punggung keluarga, kehebatanya dikakukan pada kemampuan seksual dan
karirnya, mata keranjang dan sebagainya.
ü Janda mudah
dirayu.
Gender Dalam Perspektif Islam
Secara
Teologis, perempuan dan laki-laki diciptakan semartabat sebagai manusia yang se
“citra” dengan Allah. Namun tidak bisa dipungkiri dalam realitas
social-kultural-agama, antara keduanya sering terjadi ketidakadilan.Islam
merupakan agama yang memiliki seperangkat aturan yang menyeluruh dan sempurna
serta memiliki pandangan khas, yang berbeda secara diametral dengan pandangan
yang berasal dari system kapitalis maupun sosialis.
Pada dasarnya
Islam tidak pernah membedakan antara laki-laki dan perempuan, dari sisi
kemanusiaannya yang sama-sama memiliki potensi dasar berupa kemampuan berfikir
(potensi akal), naluri dan kebutuhan fisik. Islam juga memendang bahwa
kebaradaan perempuan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laki-laki,
keduanya diciptakan dengan mengemban tugas yang sama dalam mengatur dan
memelihara kehidupan ini sesuai dengan Kehendak Allah SWT, sebagai pencipta dan
Pengatur makhluk-Nya (QS, 9:17 ;51:56)
Pada tatanan praktis Islam memberikan aturan yang lebih
rinci berkaitan dengan peran dan fungsi masing-masing dalam menjalani hidup
ini, dimana ada kalanya sama dan ada kalanya peran dan fungsi tersebut berbeda
antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi perbedaan ataupun persamaan ini
tidak bisa dinilai dengan adanya ketidakadilan atau ketidaksetaraan gender.
Dalam Islam, semata-mata merupakan pembagian tugas yang sama-sama penting dalam
upaya mewujudkan tujuan tertinggi dalam kehidupan di masyarakat tentunya dengan
adanya Keridlaan Allah SWT semata.
#Sari Ananda Lestari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar